Friday, September 27, 2013

Jam Belajar Se-DKI


Haloo Chocotalker... Ngomongin yang sekarang lagi ngetren, yuk? Ngga terlalu ngetren, si.. Mungkin cenderung terlalu biasa dilihat dari kasusnya. Persoalan pendisiplinan anak gitu.. Cuma yang bikin saya kagum, gubernur DKI mau gitu, peduli anak orang lain. Urusan yang sering dianggap tanggungjawab ibu-ibu, pulak! Bah...  Keren kali bapak nii.. :))

Saya setuju dengan istilah ini: 'Jam Belajar', bukan 'Pembatasan Jam Malam' bagi siswa. Karena pemberitaannya yang tidak lama sesudah kasus tabrakan di Tol Jagorawi oleh anak di bawah umur itu, saya sempat menyangka ' pembatasan jam malam' itu adalah upaya mencegah kejadian itu terulang. Padahal mengekang anak hanya akan membuatnya memberontak. Betul ngga si, Chocotalker?

Sementara itu, koreksi menjadi 'jam belajar' pada kesempatan bincang bincang di Kompas tv tadi, memberi pencerahan sekaligus penjelasan. Ternyata itu memang rencana lama Pak Jokowi untuk membiasakan siswa belajar, dan mengurangi konsumsi jam nonton tv. Mmm... M'batasin tontonan seperti sinetron sinetron yang ngga banget, mungkin ya. (Kecuali acaranya Sarah Sechan jam 19.00 di Net tv, karena saya suka! Haha..). Ngga tanggung tanggung, Kompas tv juga meliput pemberlakuan itu di suatu daerah di Jogja, yang sudah sukses selama 10 tahun! Betul betul contoh! Apakah Jakarta bisa, ya?

Narasumber dari dinas pendidikan tadi juga menjelaskan bahwa, untuk belajar sebetulnya bisa saja dilakukan di tempat lain seperti tempat les. Nggak harus di rumah, asal diketahui orangtua dan masyarakat, dan yang jelas bukan kegiatan lain seperti nongkrong, misalnya... Dari situ saja sudah terbaca, rencana tersebut mengharapkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat termasuk tetangga dan kaum muda.
Hm... Bagi sebagian orang Jakarta yang cenderung individualis, apakah rencana tersebut ngga akan tersendat sendat, ya? Secara orang bisa saja beralasan sibuk untuk tidak ikut campur urusan orang lain, kan? Tapi entahlah. Bukankah orang Jakarta itu banyak juga yang perantau dari desa? Alias banyak juga yang suka membaur, peduli sama kepentingan orang lain tanpa pamrih? Entah. Kita lihat saja. Toh rencana ini masih digodok pula. Semoga hasil akhir yang terbaik. :D

Nah... Chocotalker, secara sepintas yang juga kepikir oleh saya malah begini: bagi yang lagi mendambakan momongan mungkin seperti mendapatkan solusi. Konon, mengasuh anak kecil seperti anak sendiri, katakanlah dalam hal ini mungkin keponakan yang masih kelas 1 SD, yang orangtuanya terlalu sibuk sering pulang malam, bisa buat 'pancingan'. Eh, jangan salah... Bukannya kita sering dengar istilah itu? Meskipun saya sih ngga percaya prinsip itu. Entah ide siapa itu asalnya. Percaya pada kehendak Tuhan saja deh..! Hehe.. Saya lebih percaya, itu kesempatan membiasakan diri jadi orangtua yang baik dan bertanggungjawab buat si anak nanti. Hehehe....

Ok.

Semestinya, dipublikasikannya gagasan ini mampu menyentuh hati para orangtua yang selalu kekurangan waktu dan terutama minat, untuk lebih memberi perhatian pada anak. Jangan hanya senang pas lihat anak anteng, padahal ngga tau apa yang sedang si anak pikirkan atau lakukan. Orangtua harus berusaha terus berkomunikasi dan memberikan yang memang dibutuhkan anak, yang berkualitas dan proporsional. Karena hubungan yang baik dan penuh kasih pada generasi penerus, dipercaya merupakan cara, agar anak itu juga mengasihi dirinya dengan bertanggungjawab. Duuh.. teorinya.. *Bhahak!*
...

Terakhir nih... Ngomong ngomong, waktu masih dibicarakan sebagai 'pembatasan jam malam bagi siswa'... Saking merasa bahwa praktis itu adalah pengekangan anak (karena ngga semua anak bersikap gegabah atau over nekat) dan menganggap itu cuma sikap orang dewasa yang maunya praktis aja, yang saya ingat malah film remaja arahan Jack Neo (Singapura), We Not Naughty. Jadi sebagian cerita itu berisi tentang anak yang anteng di kamarnya. Ngga keluyuran. Lepas dari pantauan orangtua. Akhirnya? Si anak bebas mengakses internet, mempermalukan teman sekolahnya dengan situs jejaring sosial. Temannya itu hampir mati karena melakukan bunuh diri. Akhirnya orangtua baru sadar ketika kamar si anak digeledah polisi, dan perangkat komputer disita.
Nah, jelas, kan... tugas jadi orangtua itu ngga boleh dianggap enteng... karena ternyata betah di rumahpun belum tentu ok ok saja. Begitu juga tugas sebagai siswa, mahasiswa, anak dll jangan 'gimana entar', tapi 'entar gimana'... :)

Tetap semangat, Chocotalker! God bless us! :)

Image courtesy of: http://lifecoachdenise.co.za/blog/

No comments:

Post a Comment