Well, trip kali ini sebenarnya
terhitung ‘nekat’ karena pada waktu nama tempat itu terukir di inbox terdengar
asing pada awalnya.
TAKA BONERATE - nama yang asing - salah satu keindahan alam
ciptaan Yang Esa di Indonesia bagian Timur - pertama kali terlintas di pikiran
adalah bayangan suatu tempat atau pulau yang dikelilingi oleh keindahan alam
khas pantai Indonesia nan eksotik.
Perjalanan dari Bandara Sultan
Hassanudin terbilang cukup jauh dengan jarak tempuh 6 jam dengan menggunakan
mobil. Waktu menunjukkan pk. 6 pagi saat
kami tiba di Pelabuhan Bira menunggu datangnya Ferry KMP Bontobaharu yang akan
mengantarkan kami menyeberang ke Pulau Selayar.
Semburat matahari menyeruak awan
mengusir kegelapan menciptakan siluet campuran warna jingga di temani dengan
sosok kapal pinisi yang berdiri dengan kokoh di tengah balutan udara pagi nan
sejuk.
Dua jam kemudian datanglah kapal
Ferry yang kita tunggu-tunggu yang akan
membawa kita membelah lautan menuju Pulau Selayar. Perjalanan memakan waktu hampir
3 jam yang kemudian disusul dengan perjalanan darat menuju Wisma PKK tempat
kita akan menginap di Pulau Selayar.
Tak sempat merebahkan diri, kami
langsung di bawa ke pantai di Bantaeng, tempat kami menghabis kan waktu sebelum
kami beristirahat sejenak, karena pagi-pagi sekali kami akan menyeberang menuju
Pulau Tinabo.
Taka Bonerate adalah kumpulan
pulau-pulau yang dilindungi oleh pemerintah setempat, terkenal dengan nama
Taman Nasional Taka Bonerate. Taka sendiri menurut pemandu wisata kami artinya
adalah Pulau.
Dari banyaknya pulau
Taka Bonerate, kami mengunjungi beberapa Pulau diantaranya Pulau Tinabo, Pulau
Latondu, Pulau Manta.
Keindahan alamnya sangat
menakjubkan, terumbu karang yang indah serta air yang masih jernih sangat
berbeda sekali ketika saat berkunjung di kepulauan Jawa.
Tinabo resort tempat kita
menginap terletak di Pulau Tinabo, pulau yang tidak berpenghuni yang hanya di
jaga oleh pekerja pelindung Taman Nasional dan polisi hutan.
Sepenggal pulau yang dipenuhi
oleh pasir putih dan dikelilingi oleh hamparan air yang bening membuat kami
seperti terhilang dari peradaban hiruk pikuk kota metropolitan, ditambah dengan
rendahnya frekuensi signal menambah pekat kesunyian. :)
Sapaan ramah dari sang mentari bisa
kita rasakan saat pagi maupun saat petang, ramah, hangat, sejuk dan menawan –
yang sulit kita dapatkan pada rutinitas hari saat mendulang aktivitas.
Terumbu karang yang memukau mata, baby shark yang lucu dan menggemaskan – tapi juga mencemaskan apabila kita kena gigit – dan juga pemandangan ikan-ikan lain di sepanjang spot spot snorkeling dan diving.
Well, semua perjalanan panjang
dan melelahkan terbayar dengan keindahan dan keunikan Takabonerate, mungkin
saja suatu saat bisa kembali menyapanya.
Additional kunjungan singkat - Makassar
Karena perjalanan kami harus
melewati Makassar, maka tak pelak lagi hasrat untuk mengunjunginya menumpuk
di angan-angan, segeralah kami bermalam di dekat pantai Losari, tempat di mana
masyarakat Makassar berkumpul sekedar melihat-lihat atau berbelanja di seputar
pantai, muda mudi pun bercengkerama di tengah keramaian manusia.
Makassar sarat dengan kebudayaan
suku Bugis dan suku Makassar, begitupun kulinernya. Karena hanya kunjungan singkat kamipun tidak membuang
waktu untuk segera mencoba berbagai makanan di Makassar seperti : coto
Makassar, Jalang Kote, Palu Butung, dan ikan bakar yang masih segar dan manis
rasanya, pisang epek dan berbagai makanan khas lainnya. Tak lupa oleh-oleh
sebelum kembali ke Jakarta menambah berat barang bawaan kami.
All is worth, kelelahan
tergantikan dengan kenikmatan yang tidak ternilai yang diraup oleh
masing-masing penyuka alam.
"The world is a book and those who do not travel read only one page" St. Agustine