Sunday, December 28, 2014
Tetap Percaya Pada Penyertaan Tuhan
Seringkali ada kemacetan rohani yang diijinkan Tuhan supaya kita jadi memiliki waktu untuk diam dan tidak dapat melakukan apa-apa selain bersama Tuhan. Saat dalam perjalanan menuju tahun yang baru, muncul pertanyaan-pertanyaan dalam hati mengenai :
- Apakah yang Tuhan katakan pada saya akan digenapi?
- Apakah janji-janji Tuhan tahun ini akan digenapi tahun depan?
- Benarkah Tuhan akan membuat jalan keluar tepat pada waktuNya?
Lukas 24:1-12
Sepanjang masa hidupNya di bumi, Yesus berkali-berkali menyatakan bahwa Dia akan menderita, disalibkan dan bangkit pada hari ketiga; namun murid-muridNya adalah yang pertama kali tidak percaya akan kenyataan ini (Lukas 24:11). Manusia sering lupa pada Firman Tuhan, ragu dan galau saat menghadapi realita kehidupan. Manusia sering lupa dan kurang percaya pada Firman Tuhan saat diperhadapkan pada kenyataan hidup yang terlihat. Jika pengalaman hidup kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan, hati kita dapat diliputi kekecewaan dan kekuatiran. Sekalipun kita memiliki pengetahuan akan Firman, cepat atau lambat kita akan menjauhi Kristus dan Firman Tuhan (Lukas 24:13) seharusnya kita mendekat dan lebih tertanam dalam komunitas orang percaya agar iman percaya kita boleh dikuatkan dan kita boleh makin melekat pada Kristus. Kristus menyertai kita senantiasa, namun apakah ada sesuatu yang menghalangi mata rohani kita hingga kita tidak dapat melihat penyertaan Kristus dalam hidup kita (Lukas 24:16)?
Sebuah kebenaran yang sederhana tidak dapat dipahami oleh murid-muridNya yang bersama Kristus secara fisik padahal secara logika seharusnya mereka tidak ragu dan tetap percaya saat Kristus tidak ada di dalam kubur karena sudah bangkit. Kita akan makin suntuk dan meragukan Kristus karena terlalu memikirkan pergumulan hidup. Pergumulan hidup yang dipikirkan terus-menerus akan menjadi berhala tersendiri yang kelak menghalangi kepercayaan kita pada penyertaan Kristus dalam segala fase hidup kita. Bukan pengetahuan akan Firman yang membuat kita beriman, namun benar-benar memahami dan hidup sesuai Firman lah yang menumbuhkan iman percaya kita. Murid-murid yang pernah tinggal bersama Kristus pun kurang percaya saat penggenapan rencana Allah terjadi karena mereka melupakan apa yang pernah difirmankan Tuhan (Lukas 24:25).
Kadang Tuhan berbuat seolah-olah akan meninggalkan kita saat di tengah perjalanan; Tuhan ingin kita mendesak Tuhan secara pribadi untuk tinggal menyertai kita (Lukas 24:28-29). Orang percaya tidak perlu melihat Yesus secara fisik karena penyertaan Kristus selalu terlihat dengan mata rohani (Lukas 24:31).
Bagaimana hubungan kita dengan Kristus? Apakah saat ini Kristus sudah terasa menjadi biasa dan hati kita sudah tidak berkobar-kobar seperti saat pertama kita lahir baru? Mari kita :
- renungkan firmanNya setiap hari, bukan karena program gereja, namun dari kerinduan hati.
- merenungkan kasih dan penyertaan Kristus setiap saat, termasuk hal-hal yang menurut kita sepele.
Jangan fokus pada masalah atau pergumulan hidup kita karena hal ini akan mengaburkan pandangan kita pada Janji Tuhan bagi hidup kita. Mari kita ingat-ingat kembali kebaikan dan penyertaan Tuhan karena kita tidak punya alasan untuk mengeluh, bersungut-sungut dan tidak mempercayai Tuhan. Mungkin kita mengalami pergumulan yang membuat kita menjauhi Kristus, namun kembalilah percaya karena asa rencana yang lebih besar yang akan digenapi setelah kita kembali kuat dalam penyertaanNya (Lukas 24:44-49).
Tuhan berkati.
Nusantara Indonesia
Dulu katanya
Ataukah kita bersungut-sungut atas status kita sebagai WNI?
Adakah kita masih menuntut kelayakan hidup sebagai rakyat Indonesia?
Ataukah kita memilih bertindak dan memberkati bangsa Indonesia
Sunday, November 2, 2014
Tuhan Mengerti Dan Tak Akan Tinggal Diam
Tuhan kita kreatif deh. Tadi pas jalan keluar, agak ragu antara ngojek dan ngangkot, antara cepet+adem+mahal atau lama+panas+murah. akhirnya milih ngojek karena udah mulai terik. Pas sampai di pangkalan, ditolaklah daku sama tukang ojek karena dia mau sarapan dulu. Dan saat itu juga lewatlah angkot yang ke arah kantor. So, naiklah angkot ini dengan hati bersyukur. Mungkin kejadian hari ini terlalu simpel, tapi makin diteguhkan aja bahwa :
Tuhan tau pergumulan hati kita, Tuhan mengerti kebimbangan hati kita dalam mengambil keputusan dan yang paling penting, Tuhan ga akan kasih tantangan yang melebihi kapasitas kita.
Maka melajulah angkot ini, duduk dengan posisi dekat jendela terbuka lengkap dengan angin semilir menyejukan bodi yang agak panas.
Praise God.
Thursday, September 25, 2014
Mengimani yang tidak kelihatan
Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
~ 1 Korintus 2:9 ~
Saya pernah baca kutipan yang kurang lebih bunyinya: iman sejati berdiri di atas keragu-raguan. Masuk akal, bukan? Iman itu memercayai sesuatu yang tidak kelihatan, atau belum terbukti. Iman itu adakalanya memilih untuk tetap percaya, walau tidak ada alasan untuk percaya. Menurut pandangan saya pribadi, keraguan itu sah saja. Seorang Petrus pun pernah tenggelam ketika berjalan di atas air bersama Yesus, karena keyakinannya goyah di tengah jalan. Bahkan ketakutan Petrus sekali pun, yang membuatnya menyangkal Yesus, tidak menghalangi perjalanannya bersama Tuhan hingga ia menjadi pemimpin jemaat mula-mula.
Iman yang tidak pernah melalui keraguan justru berbahaya, karena ia tidak siap akan perubahan yang bisa menghancurkan segala pilar keyakinan seorang manusia yang terbatas. Ia tidak menyadari kerentanannya di ambang batas rasa aman yang dijanjikan 'dunia' (jaminan finansial, kebersamaan keluarga, kesehatan, atau apa pun itu). Bisa jadi, ia bahkan belum mengenal kasih karunia yang sesungguhnya.
Berteguh di dalam iman bukan hal yang mudah. Bahkan berisiko. Contoh sederhananya, bagaimana mungkin kita tetap mengimani Tuhan yang baik, bahkan mukjizat kesembuhan, sementara Alkitab sendiri, di satu bagian mengungkapkan bahwa tidak semua orang disembuhkan, sambil di bagian lain mengatakan bahwa '.. Yesus menyembuhkan mereka semuanya'. Bagaimana kita harus berdoa? Dengan berharap-harap cemas apakah kita termasuk kategori yang 'mungkin tidak disembuhkan' atau kategori 'mereka semuanya'? Apakah dengan keyakinan penuh, tetapi juga sadar bahwa semakin kita berharap akan sesuatu, semakin dalam kekecewaan kita jika harapan kita tidak dipenuhi? Bukankah itu sebuah paradoks?
Dalam perjalanan hidup saya, tidak ada yang lebih memedihkan hati daripada melihat orang tua terbaring sakit dan menderita hingga akhir hidupnya. Ketiga orang tua saya (termasuk ibu tiri) kesemuanya adalah orang percaya, dan sepanjang hidupnya telah memperlihatkan integritas orang percaya yang hidupnya selaras dengan kebenaran. Ibu kandung saya meninggal relatif cepat setelah diharuskan menjalani cuci darah. Ayah saya bertahan lebih lama dengan kondisi gagal ginjal dan menjalani cuci darah seperti ibu kandung saya. Namun, tidak seperti ibu kandung saya yang cepat melemah secara fisik dan mental, iman ayah saya terus menyala-nyala, bahkan sementara kondisinya menurun, beliau tetap mengimani kesembuhan dari Tuhan. Suatu hari beliau menyatakan impiannya kembali mengemudikan mobil jika Tuhan menyembuhkan beliau. Demikian halnya dengan ibu tiri saya, yang mengimani firman yang mengatakan: '.. Masa hidup kami 70 tahun dan jika kami kuat, 80 tahun..'
Tidak ada yang lebih memedihkan hati daripada melihat ibu kandung saya menderita dengan kondisi tubuh yang kurus, lemah, berbicara menceracau karena level ureum di dalam darah yang tinggi, dengan luka lebar menganga di bagian bawah punggungnya karena terlalu lama berbaring. Dan akhirnya melihat tubuhnya didorong di atas brankar dengan cairan warna coklat mengalir di selang yang keluar dari tubuhnya yang tidak bernyawa lagi. Tidak ada yang lebih mengusik tanda tanya tentang iman dan mukjizat daripada ironi iman akan kesembuhan yang dijawab dengan kematian, seperti terjadi pada ayah saya setelah terbaring koma beberapa hari. Tidak ada yang lebih menyesakkan selain ketika saya menggenggam tangan ibu tiri saya yang menahan rasa sakit yang hebat saat suster membersihkan luka yang begitu dalam akibat kanker. Ibu yang begitu setia melayani, ibu yang tidak henti-hentinya mengatakan, 'Tuhan Yesus baik' hingga hari-hari terakhir hidupnya. Ibu yang mengimani umurnya akan mencapai 70-80 tahun. Tidak ada yang meninggalkan rasa hampa yang janggal dan nyaris tak dikenali selain ketika saya melihat tubuhnya terbujur kaku di usia 64 tahun, sebelum suster memindahkannya dari tempat tidur ruang rawat inap untuk dimandikan.
Siang itu, hampir 8 tahun yang lalu, otak saya berputar, berusaha memproses apa yang telah terjadi. Apakah artinya iman dan percaya? Saya terus berusaha menemukan jawaban. Sepertinya saya bahkan tidak memercayai Tuhan lagi saat itu. Akan tetapi, setelah sekian lama bertanya jawab dengan diri saya sendiri, akhirnya saya menemukan jawaban yang cukup melegakan. Bukan karena jawaban itu membawa pencerahan, tetapi setidaknya itu jawaban sederhana yang paling masuk akal. Baiklah. Kalau beliau (ibu tiri saya) memang harus menderita kanker hingga menemui ajalnya, adalah lebih baik beliau melalui hari-hari terakhirnya dengan hati yang terhibur dan berpengharapan, dengan keyakinan akan kebaikan Tuhan yang beliau imani, daripada beliau harus menghabiskan hari-hari terakhirnya dengan amarah, frustrasi, penderitaan fisik yang hebat dan rasa tidak terima, dipenuhi kesesakan dan kesengsaraan batin. Saya membayangkan betapa buruknya alternatif yang kedua itu! At least, this is a better way to leave this perishable world, despite all her pain and illness. She passed away peacefully. Dengan segala paradoks dan keanehannya, adakalanya iman justru jawaban yang paling masuk akal.
Hari-hari ini saya tengah mengalami kegundahan yang amat familiar tetapi sulit saya ungkapkan. Saya amat bahagia, dan saya mengalami begitu banyak berkat yang membuat hidup saya begitu menyenangkan. Bahkan bulan-bulan ini adalah bulan-bulan paling bahagia dalam seumur hidup saya, setidaknya mungkin semenjak kepergian ibu kandung saya, yang diikuti masa tempaan dan pergumulan yang panjang. Untuk beberapa waktu, saya bisa mencicipi kelegaan dan ketenangan. Dan saya sadar betapa jauhnya Tuhan telah bekerja memulihkan saya. Namun, di sisi lain, ada sebuah rongga yang membuat saya merasa tidak pernah utuh. Dan saya letih berjalan dengan 'ketimpangan' itu. Saya letih bernegosiasi antara harapan, kenyataan, dan tarik-ulur di antara keduanya. Saya letih berpegang pada apa yang tidak kelihatan.
Saya tahu saya harus membangun jembatan iman untuk meloncat ke tanah perjanjian, dan saya harus terus melangkah di atas sungai ketidakpastian yang mengalir di bawahnya. Di tengah perjalanan jembatan itu kian bergoyang-goyang, dan semakin saya berusaha meyakinkan diri akan bilah-bilah kokoh yang tengah saya tapaki, semakin bilah-bilah itu terlihat rapuh dan tidak meyakinkan. Namun, keindahan kota baru di seberang sana terus memanggil. Dan entah bagaimana, saya merasa genggaman tanganNya kian erat dan hangat. 'Jangan takut, anakKu, Aku akan menggandeng tanganmu erat-erat sampai di seberang.'
Monday, September 1, 2014
Metamorfosis
Waktuku hampir tiba
Aku sudah melihat cahaya itu
Aku harus segera keluar
Namun aku begitu terikat
Kepompong ini sangat ketat
Dan aku tak mampu bergerak menerobos
Bolehkah aku menyerah sekarang?
Dengan sisa nafas ini kuberdoa
Biar kehendakMu yang terjadi
Aku tak mampu bergerak menuju cahaya itu
Namun waktuku sudah tiba
Jika aku berlambat, maka maut pun telah menanti
Sayapku begitu lemah
Aku tertatih beringsut menuju cahaya itu
Bolehkah aku menyerah sekarang?
Aku nyaris kehabisan tenaga
Namun aku harus segera keluar
Oksigen akan menguatkan sayap basah ini
Oksigen akan mengembangkan sayap ini
Dan aku pasti mampu terbang dalam wujudku yang baru
Tuhan,
Aku mohon bukalah jalan keluar kepompong ini
Sambil berdoa, kucoba bergerak lagi
Dengan harapan agar kali ini aku dapat meraih cahaya itu
Thursday, August 28, 2014
Taka Bonerate
Terumbu karang yang memukau mata, baby shark yang lucu dan menggemaskan – tapi juga mencemaskan apabila kita kena gigit – dan juga pemandangan ikan-ikan lain di sepanjang spot spot snorkeling dan diving.
Sunday, August 17, 2014
Dirgahayu Indonesia
Apakah kita bangga dengan kewarganegaraan ini?
Ataukah kita bersungut-sungut atas status kita sebagai WNI?
Adakah kita masih menuntut kelayakan hidup sebagai rakyat Indonesia?
Ataukah kita memilih bertindak dan memberkati bangsa Indonesia melalui segenap keberadaan kita; tanpa membedakan suku, agama, ras ataupun aneka alasan lainnya yang memecah persatuan bangsa ini?
Dirgahayu Indonesia.
Tuesday, June 3, 2014
After CG
"Bebas merdekaa!!"
Dear teman-teman, entri kali ini adalah tentang program Champion Gathering yang diadakan oleh sebuah pelayanan gereja, Abbalove Ministries, sabtu dan minggu lalu. Singkatnya, CG merupakan bagian dari program SPK (Saya Pengikut Kristus) setiap minggu, dengan peserta dari berbagai usia, namun sebagian besar adalah kalangan anak muda.
Acaranya sendiri kemarin seru. *Hehee... testimoni!* Iya, sudah lama banget saya ngga ikut acara seperti ini. Karena ini memang merupakan paket program yang mengupas poin-poin, yang kurang lebih merupakan pilar dalam pemuridan (menjadi murid Kristus), setiap sesi acara tentu juga kita berdoa agar peserta memperoleh apa yang menjadi kebutuhan; seperti menyembuhkan hati yang terluka karena masa lalu, karena hubungan yang tidak harmonis di dalam keluarga (pada pembahasan pertama, Hati Bapa).
Sesi kesaksian. Melalui kesaksian saya juga memperoleh banyak hal. Selain jadi tahu latar belakang beberapa peserta, saya juga cukup disadarkan bahwa banyak rupanya orang yang memiliki story tidak seperti yang diharapkan. So, ngga perlu terlalu merasa diri sendiri paling malang. Selain itu, saya cukup salut dengan mereka yang mau membagi masa lalunya yang tidak happy dengan peserta lain, sebagai pelajaran hidup. Puji Tuhan, terdapat rekonsiliasi dan harapan barupun tumbuh.
Oya, ada juga sesi baptisan bagi yang merasa belum dan butuh untuk dibaptis. Memang disarankan, sih, bagi yang sebenarnya ingin.. Alasannya karena belum tentu juga sering-sering mendapati pelayanan baptisan.
Melalui apa yang saya perhatikan dan rasakan, sebagai peserta (waktu itu saya ikut bersama Ina) sempat terpikirkan oleh saya mengenai langkah-langkah saya sendiri. Yup... dengan menghadiri acara seperti ini, saya sendiri merasa perlu semakin sungguh-sungguh dalam Tuhan. Saya seperti mendapat paradigma baru (lagi-lagi hehe..), bahwa saya perlu berubah, makin serius dalam kehidupan rohani saya, selepas program CG.
Iya, selepas program CG. Bahkan setelah SPK secara keseluruhan selesai. Ketika kita kembali ke kehidupan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui bersama, saat itu perjuangan bukannya berakhir, melainkan belum lama dimulai kembali.
Friday, April 18, 2014
Selamat Memperingati Paskah!
Wah, hari minggu sebentar lagi.. Minggu ini hari Paskah ya?
Habis googling tentang ucapan selamat paskah, nih. Yup, yang dalam bahasa Inggris sering terdengar dalam 2 versi. Itu, lo! "Happy easter!" dan "Happy passover!". Hm.. Kalian punya opini apa, nih, untuk topic ini? :)
Well, ternyata ada sedikit berbedaan cara pandang, ya. :) Tapi tidak apa-apa. Saya merasa hal ini tetap ada faedahnya. Apa itu?
Pertama, kita telusuri dulu yuk, tentang arti dari nama-nama itu.
'Easter' berasal dari nama dewi Isthar (dari Sumeria) atau dewi Eostre/ Astarte (dari Teutonik). “Easter” digunakan di Inggris, “Eastur” di bahasa Jerman kuno, sebagai kata lain musim semi.
Sedang di negara- negara lain, digunakan istilah yang berbeda: “Pascha” (bahasa Latin dan Yunani), ” Pasqua” (Italia), “Pascua” (Spanyol), “Paschen” (Belanda), …dst yang semua berasal dari kata Ibrani (“Pesach”) yang artinya “melewati” (lihat kamus alkitab). Inilah yang dimaksud "passover".
Okay... Kalau mengacu pada arti kata yang sebenarnya, saya setuju dengan "Happy passover!" dong.
Peristiwa paskah yang dilakukan Yesus di salib menunjukkan makna yang sama dengan yang terjadi pada bangsa Israel dalam kitab Keluaran 12, yaitu pembebasan bagi yang percaya kepada karya penebusan Tuhan. Namun tentunya, penebusan yang rela dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri merupakan penyempurnaan, karena sesudah Yesus menang atas maut, tidak ada lagi korban yang diperlukan untuk mengambil darah penebusan (seperti yang dibubuhkan bangsa Israel di tiang pintu).
Nah, entah bagaimana dulu terjadinya, sepertinya istilah easter yang dikaitkan dengan musim semi, atau timur di mana matahari terbit, atau ada yang mengkaitkan dengan legenda bangsa Yunani yaitu dewi Ishtar, memiliki peristiwa yang dipaspasin supaya mirip.
Bisa saja dulu misionaris menganalogikan paskah dengan itu semua dalam rangka memperkenalkan paskah. Seperti telur paskah yang dimaknai sebagai awal kehidupan. Padahal, itu semua tentu bukanlah pengajaran tentang paskah yang sebenarnya.
Tapi seperti yang saya katakan tadi, hal ini (yaitu mengupas ataupun mempersoalkan atau mendiskusikan, mana sih istilah yang betul) tetap ada faedahnya. Yaitu menyebabkan makin diperdengarkannya kasih Tuhan, yang mengadakan paskah bagi umat manusia.
Yup. Bagi orang-orang yang tidak mempermasalahkan namun sudah paham mengenai perayaan paskah sesuai firman Tuhan sih, it's OK. Tapi toh belum tentu pula yang tahu itu bicara (apalagi secara jelas?) kepada yang belum tahu, kan? Nah, sering kali, hal-hal sepele seperti protes kecil kecilan itu justru jadi media tersebarnya berita tentang Tuhan. Bahkan jadi alat pemicu seseorang jadi concern akan kebenaran.
Sebetulnya saya pribadi sih termasuk yang tidak mempermasalahkan istilah-istilah itu. :D Iya, itu karena saya rasa, yang lebih penting untuk dimengerti itu sejarahnya. Bahwa setelah Yesus disalib lalu wafat, pada hari ketiga Ia bangkit dan menang atas dosa. Itu yang dimaksud dengan passover.
Well, dengan memposting ini, saya berusaha memperjelas sedikit tentang fakta paskah yang sebenarnya. Sekaligus kenapa sampai dihubungkan dengan hal yang tidak ada hubungannya dengan pengorbanan dan kebangkitan Yesus.
Jadi Chocotalkers, jangan beranggapan merayakan paskah harus dengan menghias telur atau ilustrasi kelinci lagi, yaa.. Karena itu sudah bukan inti dari paskah sesungguhnya.. ;)
Happy passover, Chocotalkers! Bahkan ingatlah tentang kemenangan Kristus setiap saat, bukan hanya pas hari paskah saja! :)
Wednesday, April 9, 2014
Seri Kisah Pengusaha: Sejarah Taksi Blue Bird (Bagian 1)
Friday, April 4, 2014
Marketing 3.0 di Khotbah Minggu
Dalam kesempatan itu, pendeta yang membawa firman mengulik sedikit tentang marketing 3.0.
Apa itu marketing 3.0? Saya bertanya dalam hati. Entah baru dengar atau dulu sudah, tapi lalu lupa. :D
Ternyata setelah googling, kira-kira inti dari marketing 3.0 itu, dilakukan berdasarkan nilai-nilai universal, seperti kasih dan ketulusan. Jadi fokus perusahaan tidak hanya menjual produk, tidak juga hanya memuaskan dan membuat konsumen loyal. Lebih dari itu, membuat dunia menjadi lebih baik. Perusahaan melihat konsumen sudah secara holistic; tidak sekedar fisik, ataupun emosi dan rasio, namun keseluruhan; mind, body, spirit. Begitu kira-kira, yang berhasil saya cek.
Namun Chocotalker, kita ngga hanya penting mengetahuinya, ya. Sebagai mahluk sosial dan mungkin juga bersemangat entrepreneur, nilai-nilai itu tentu penting untuk diterapkan, karena tentunya mendukung hubungan baik kita dengan sesama dan juga diri kita sendiri. Iya.. dengan diri kita, karena dengan demikian kita akan bersikap tulus terhadap orang lain, sebagaimana terhadap diri sendiri. Jadi dalam berbisnis kita ngga men-set up pikiran dengan pola “yang penting gue untung, ngga peduli orang lain”. ;)
Sekedar teringat, dulu waktu saya masih SD, saya tertarik dengan supermarket. Kenapa? Dunia rasanya praktis. Tidak perlu lagi interaksi yang penuh basa basi. Barang tinggal ambil, bayar, lalu pulang. Begitu juga kalau saya yang jadi kasir, tinggal hitung, terima uang, bungkus barang konsumen, selesai. Hehe… Efek dari rasa malu atau terlalu membatasi diri dari pergaulan? *nyengir*
Yang jelas, makin ke sini saya makin sadar, mau setertib apapun sistem yang dibuat, tetap perlu pakai hati. Toleransi. Keikhlasan. Bentuk paling sederhana yang mudah diterapkan adalah senyum, meskipun pada orang yang sepertinya tidak penting.
Akhirnya, mungkin karena materi itu mulanya dari pendeta, saya menyimpulkan sendiri: Marketing 3.0 baru sukses diterapkan kalau manusia melakukannya setulus melakukan untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Gimana menurut kalian, Chocotalker? Tulis pendapat kalian di kolom comment yaa.. Thank you ;)
Thursday, March 27, 2014
Pengalaman Memanfaatkan Antibiotik alami
Baiklah.. Jadi, saya tertarik memposting pengalaman saya memanfaatkan obat herbal sebagai antibiotik alami. Awalnya sih simpel saja: karena mendengar kabar teman yang lagi ngga fit. Dan memang ternyata, sakit seperti radang tenggorokan yang sekilas kayaknya remeh itu, bisa bikin pekerjaan dan perasaan terganggu. Yang sakit tenggorokannya, tapi yang terkena dampaknya seluruh tubuh. Betul, kan?
Kenapa pada akhirnya saya mencari alternatif ini? Awalnya karena dulu saya pernah menemukan ketidakcocokan mengonsumsi sebagian antibiotik sintetis. Iya, ngga cocok. Istilah kedokteran saya mengalami intoksinasi alias gejala keracunan. Meskipun antibiotik yang saya minum itu ternyata cocok cocok saja dikonsumsi orang lain...
Nah, dari situ saya mulai mencari tahu antibiotik alami lewat google. Dan inilah hasilnya...
1. Bawang Putih
Hm.. Yang anti bau bawang putih pasti tutup hidung duluan, deh. Tapi percaya ngga, saking pengen sembuh batuk saya nekat mengunyah bawang putih, satu saja cukup, dengan mempersiapkan segelas air putih untuk cepat-cepat minum sesudahnya. Pedasnya menyengat di kulit pipi yang kena. Tapi ternyata manjur, lo! Gatal di leher, hilang. Atau kalau gatal karena serangga di kaki, gosok bawang putih, cepat sembuh. Demam, turun.
Tapi masalahnya, saya mulai ngga nyaman setelah dapat info tentang sifatnya menurunkan tekanan darah. So, saya konsumsinya tidak serajin dulu, Chocotalker.. Padalah tadinya, meskipun ngga lagi sakit, saya suka tambahkan bawang putih kalau lagi bikin green smoothies.
Oya, sebetulnnya bawang merah termasuk mengandung antibiotik juga, lho. Cuma saya lebih sering memanfaatkan bawang putih.
2. Jahe Merah.
Nah, yang ini tidak berbau seperti bawang putih. Enak buat minuman sore. Kalau tekanan darah Chocotalker rendah, apalagi. Karena jahe-jahean memang menaikkan tekanan darah.
Pernah, satu kali ibu saya yang memang tekanan darahnya tinggi, ngga sengaja minum dari gelas saya. Isi gelas waktu itu air jahe merah. Alhasil bikin tekanan darahnya cepat naik. Tapi, puji Tuhan banget, ibu saya masih tertolong. Waktu itu pertolongan pertamanya memang bukan mencari herbal lain seperti mentimun, tapi cepat-cepat ke klinik terdekat.
3. Kunyit.
Di antara Chocotalker, ada yang suka kunyit asem? Nah, salahsatu bahan dasarnya, yaitu kunyit, ternyata merupakan antibiotik alami juga. Bahkan dari hasil baca di twitter, waktu itu akun seorang praktisi kesehatan yang saya follow, dia meyakini kunyit adalah yang terbaik dari antara antibiotik lain yang saya tanyakan (sudah pasti, jahe dan bawang putih). Dan waktu konsultasi dengan seorang dokter langganan, dia juga lebih mengakui kunyit.
Kekurangannya? Hehe.. menurut saya hanya masalah pengolahan. Repot karena saya ngga suka tangan jadi kuning dengan mengupas, lalu memarut dan menyeduh. Meskipun hasilnya tentu bisa sebagai minuman jamu yang enak menurut saya.
Di antara Chocotalker, ada yang suka mengolah kunyit? Boleh saja mengolahnya menjadi minuman. Hanya saja, jika ingin mendapatkan khasiatnya, disarankan untuk jangan terlalu lama dipanaskan.
Selamat menikmati khasiat bahan alami! Kalau ada yang mau menambahkan, boleh banget, lho! ;)
Sunday, February 23, 2014
Terhilang Di Rumah Bapa
Written.Com (with necessary lingual editing)
Wednesday, February 19, 2014
Habis Manis, Sepah Dibuang
Rasanya menyakitkan jika kita yang menjadi korban seperti yang digambarkan oleh peribahasa yang menjadi judul artikel ini namun kadang secara tidak sadar kita melakukannya terhadap sesama kita.
Siapakah yang saat ini hampir terbuang dari keseharian kita? Mari kita ingat siapakah yang pernah memberikan pertolongan yang sangat berarti dan mengubahkan hidup kita. Apakah kita masih berkomunikasi dengan orang tersebut? Pernahkah orang tersebut membutuhkan pertolongan kita namun kita tidak memberikannya?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan di atas terlalu ekstrim, namun bolehkah kita renungkan siapakah kawan lama yang terakhir kita ajak komunikasi? Mungkin teman sekolah atau teman kampus kita? Apakah kita mengetahui pergumulan apa yang saat ini tengah dihadapi oleh teman sebangku kita semasa SD? Kapankah terakhir kali kita bertegur sapa dengan mereka? Kapan terakhir kali kita menikmati arti ketulusan persahabatan bersama mereka? Ataukah kita terlalu sibuk untuk itu?
Hidup di masa sekarang memang membutuhkan kecepatan tinggi dalam melakukan segalanya namun mari kita coba berhenti sebentar dan mulai menyirami tanaman persahabatan yang dulu pernah kita sayangi. Sebaris pesan singkat, seuntai senyum, bertegur sapa di telepon atau mungkin kunjungan singkat seorang sahabat lama mungkin tidak akan mengorbankan banyak energi kita namun kita tidak akan pernah tau betapa besar artinya itu semua jika dilakukan dengan hati tulus untuk mereka yang dilanda kesendirian.
Mereka yang tengah dilanda kesendirian sangat rentan untuk terikat dalam kebiasaan mengasihani diri sendiri, terbenam dalam rasa merana dan tidak diperhatikan. Seberapa sering kita bertemu dengan orang-orang seperti ini selama ini?
Mari kita mulai bertindak memberi warna dalam kehidupan mereka. Kita dapat mengawalinya dengan mulai menghubungi kawan-kawan yang belasan tahun tidak pernah bertegur sapa lagi dengan kita. Mari kita bertindak terlebih dulu untuk menjembatani kesunyian yang selama ini menghalangi komunikasi kita dengan mereka.
Jika di saat ini kita tengah dikelilingi para sahabat, ingatlah selalu hari ini saat suatu hari nanti ujian datang melanda hubungan persahabatan kita. Bersabarlah dan tetap menerima kelemahan sahabatnya serta berdoalah mendukung pemulihan para sahabat kita.
Jika saat ini kita yang dilanda kesendirian, mari kita mulai berinisiatif untuk bergerak terlebih dulu. Berhenti menunggu diperhatikan dan mulai aktif memberikan perhatian serta kasih tulus kita. Berhenti mengeluh dan mulai latih kepekaan kita untuk menemukan siapa orang yang dapat kita berkati dengan kasih persahabatan yang tulus.
"Habis Manis, Sepah Dibuang" biarlah tetap menjadi peribahasa yang mengingatkan kita untuk selalu menghargai para sahabat yang pernah hadir dalam hidup kita. Jika kita sudah tidak dapat mempertahankan persahabatan yang pernah ada, setidaknya jadikan memori persahabatan tersebut sebagai harta bagi jiwa kita.
Selamat menjalin persahabatan.
*Image courtesy of beritasejagat.com
Tuesday, February 18, 2014
Merealisasikan Ide Bisnis
Chocotalker punya ide-ide bisnis yang ingin direalisasikan? Kebetulan tadi gue nemu link artikel menarik seputar itu. Simak di link berikut ya:
7 Langkah Lengkap untuk Segera Merealisasikan Ide Hebat Anda
*Image courtesy of http://lucyinnovation.wordpress.com/
Sunday, February 16, 2014
About Time
Hello chocotalker,
Pernahkah chocotalker melakukan suatu tindakan yang akhirnya disesali? Mungkin karena kurang pertimbangan matang, atau bahkan tindakan itu diambil saat chocotalker lagi emosi. Waduh! Hasilnya? Tidak seperti yang chocotalker harapkan, bahkan mungkin sesuatu yang mengecewakan dan tak terduga, misalnya, putusnya sebuah hubungan. Huhu.. sedih banget pastinya, tapi mau bagaimana lagi, nasi udah jadi bubur.. dan kita tidak bisa memutar balik waktu.. tapii.. tunggu dulu! Benarkah kita tidak bisa memutar balik waktu? Bagaimana kalau ternyata kita bisa mundur ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan kita?
Tema inilah yang diusung film About Time, besutan Richard Curtis, yang juga menyutradarai film Love Actually. Yeap. It's a British movie. Film ber-genre romance comedy ini mengetengahkan tokoh utama Tim Lake (Gleeson) yang memiliki kemampuan untuk melakukan time travel. Jadi, ia bisa kembali ke peristiwa di masa lalu yang ingin diubah, semudah masuk ke dalam ruangan gelap, memejamkan mata, dan mengepalkan tangannya.
Semula, ia menggunakan kemampuan ini untuk meraih impiannya memiliki pasangan yang dicintai. Namun, seiring pengalamannya melakukan time travel, ia belajar beberapa hal. Misalnya, setiap tindakan yang diambil, memiliki sebuah konsekuensi. Suatu hari Tim pulang ke rumah pamannya, Desmond (Cordery), tempat ia menumpang. Tim melihat Desmond sangat kecewa karena pertunjukan teater yang ia pimpin gagal. Tim yang ingin menolong pamannya, kembali ke waktu sebelum pertunjukkan dimulai dan membantu seorang pemain drama supaya ia tidak lupa dialog yang harus diucapkan, yang mengakibatkan pertunjukan kacau. Pertunjukan pamannya pun berhasil! Akan tetapi, ia ternyata kehilangan nomor telepon seorang wanita idaman yang baru saja dikenalnya, karena saat menyelamatkan pertunjukan pamannya, ia berada di gedung teater, dan tidak hadir di sebuah acara tempat ia berkenalan dengan wanita itu sebelumnya! Beberapa waktu kemudian, saat ia berusaha menemui wanita itu, wanita itu telah berada dalam pelukan pria lain! Ia pun harus kembali melakukan time travel untuk 'membenahi' peristiwa itu.
Film ini mengingatkan gue pada film The Butterfly Effect (2004) yang bertema senada, tetapi dikemas dalam alur cerita yang jauh lebih serius. Ketika tokoh utama The Butterfly Effect berusaha menyelamatkan hidup seorang tokoh lain dengan merubah masa lalunya, ternyata di kemudian hari, ia justru harus mengorbankan nyawa orang lain lagi sebagai konsekuensinya.
Kehidupan kita mungkin tidak segawat itu. Namun, ada beberapa pilihan sulit yang harus kita putuskan dalam hidup kita, dan sekali menjatuhkan pilihan, kita harus konsekuen. Apakah itu meninggalkan seseorang atau menjatuhkan pilihan karir, kita harus siap dengan konsekuensinya. Bagaimana kalau di kemudian hari kita menyesal? Nah, sedikit refleksi yang gue dapat dari film ini, setiap kesalahan kita di masa lalu pun pasti ada hikmahnya. Sekalipun kita bisa kembali ke masa lalu dan memperbaikinya, belum tentu hasilnya akan seperti yang kita harapkan.
Kenyataannya, kita tidak bisa memutar balik waktu. Jadi yuk, kita coba perbaiki saja apa yang masih bisa diperbaiki saat ini, dan jangan berlarut menyesali masa lalu, ya.
Tidak seperti Love Actually yang lebih engaging mengetengahkan 4 kisah yang saling berhubungan, alur film ini linear kronologis, dan IMO agak dragging di bagian akhir. Soalnya, klimaks sudah dicapai sebelum film ini tamat. Buat chocotalker yang suka romance comedy dengan tema yang sedikit berbeda dari romance comedy kebanyakan, bolehlah film ini ditonton. Selain menghibur, film ini juga meninggalkan pesan tentang how we should embrace the present moment. Menikmati dan mensyukuri apa yang bisa kita syukuri saat ini. Soalnya, momen indah yang kita nikmati saat ini, belum tentu bisa terulang lagi, kan :)
Director: Richard Curtis
Cast: Domhnall Gleeson, Rachel McAdams, Bill Nighy, Lydia Wilson, Lindsay Duncan, Richard Cordery, Joshua McGuire, Tom Hollander
Genre: Romance Comedy
Duration: 123 Minutes
Release Date: September 4, 2013
Rating:
IMDB: 7,9/10
Rotten Tomatoes: 6,3/10
Gue: 7/10
*Image courtesy of http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page