Sunday, February 23, 2014

Terhilang Di Rumah Bapa



Kita sudah terlalu sering membaca perumpamaan anak yang hilang di Injil Lukas 15.

15:11 Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

Dulu aku pikir, anak yang hilang adalah anak yang bungsu. Memang sih. Terlihat jelas bahwa dia adalah anak yang kurang ajar, tidak tahu diri, menghambur-hamburkan warisan padahal papanya masih ada. Mungkin jika boleh lancang, maka kita akan berkata: “kurang ajar banget nih orang”.

Tapi setelah berpikir-pikir tentang anak sulung (karena aku adalah anak sulung), aku jadi merasa kasihan dengan anak sulung ini. Masak Bapanya tidak pernah sekalipun memberikan penghargaan? Sudah setianya luar biasa, kerja di ladang siang dan malam, ya sekali-kali diadakan pesta untuknya? Apa susahnya sih berpesta, potong sapi satu ekor, kasih baju bagus dan kasih perhiasan? Pelit amat nih bapaknya?

Tapi sebenarnya ada satu hal yang fatal yang dilakukan oleh si anak sulung. Dia tidak menyadari hak kesulungannya sebagai pewaris langsung dari ayahnya. Dia tidak menyadari bahwa segala hal yang dimiliki oleh ayahnya adalah miliknya juga. Masih membandingkan dengan hal yang diberikan oleh bapanya kepada adiknya.

Kok gw ga pernah di rayain? Kok dd gw yang brengsek itu di rayain? Gw mana pernah dipotongin sapi? Mana???

Sebagai anak sulung dalam keluarga Yahudi, anak sulung berhak mewarisi semua harta ayahnya. Itu berarti, bahwa semua harta ayahnya adalah hartanya.

Kita adalah pewaris kerajaan Allah. Kita sekarang sudah berada dalam kerajaanNya ketika kita menerima Yesus sebagai Bapa kita. Namun sering kali kita menjadi anak sulung. Terhilang dalam rumah Bapanya sendiri. Kita sudah jadi kristen, mengikuti aktivitas kristen, dan lain lain. Kayaknya sibuk, tapi kita tidak tau bahwa sebenarnya kita sudah jadi terhilang.

Kotbah tiap minggu di gereja jadi hambar, doa-doa yang kita benturkan sepertinya terhalang tembok, malas saat teduh, malas baca firman, dan lain lain.

Hati-hati saudara. Mungkin kita sudah termasuk dalam Kerajaan Allah. Mungkin kita sudah menerima Dia sebagai Bapa kita. Tapi adalah penting untuk mengetahui hak-hak kita sebagai anak sulung. Jangan sampai karena keadaan tidak baik (tidak mendapat berkat, tidak pernah dirayakan pesta, tidak pernah diberi stempel emas kayak si bungsu) lalu kita merasa malas kemudian terhilang dalam rumah Bapa.

Teman-teman, kalau saat ini kalian berjalan dalam kerajaan Bapa, pastikan kalian jangan sampai terhilang di dalam rumah Bapa sendiri. Terus ingat kasih mula-mula, dan pastikan kita tetap berada dalam rumah Bapa sampai Yesus datang kedua kali. Amin.

original article by Mia Liem, Terhilang Di Rumah Bapa, Cross-
Written.Com (with necessary lingual editing)

Wednesday, February 19, 2014

Habis Manis, Sepah Dibuang



Rasanya menyakitkan jika kita yang menjadi korban seperti yang digambarkan oleh peribahasa yang menjadi judul artikel ini namun kadang secara tidak sadar kita melakukannya terhadap sesama kita.
Siapakah yang saat ini hampir terbuang dari keseharian kita? Mari kita ingat siapakah yang pernah memberikan pertolongan yang sangat berarti dan mengubahkan hidup kita. Apakah kita masih berkomunikasi dengan orang tersebut? Pernahkah orang tersebut membutuhkan pertolongan kita namun kita tidak memberikannya?

Mungkin pertanyaan-pertanyaan di atas terlalu ekstrim, namun bolehkah kita renungkan siapakah kawan lama yang terakhir kita ajak komunikasi? Mungkin teman sekolah atau teman kampus kita? Apakah kita mengetahui pergumulan apa yang saat ini tengah dihadapi oleh teman sebangku kita semasa SD? Kapankah terakhir kali kita bertegur sapa dengan mereka? Kapan terakhir kali kita menikmati arti ketulusan persahabatan bersama mereka? Ataukah kita terlalu sibuk untuk itu?

Hidup di masa sekarang memang membutuhkan kecepatan tinggi dalam melakukan segalanya namun mari kita coba berhenti sebentar dan mulai menyirami tanaman persahabatan yang dulu pernah kita sayangi. Sebaris pesan singkat, seuntai senyum, bertegur sapa di telepon atau mungkin kunjungan singkat seorang sahabat lama mungkin tidak akan mengorbankan banyak energi kita namun kita tidak akan pernah tau betapa besar artinya itu semua jika dilakukan dengan hati tulus untuk mereka yang dilanda kesendirian.

Mereka yang tengah dilanda kesendirian sangat rentan untuk terikat dalam kebiasaan mengasihani diri sendiri, terbenam dalam rasa merana dan tidak diperhatikan. Seberapa sering kita bertemu dengan orang-orang seperti ini selama ini?

Mari kita mulai bertindak memberi warna dalam kehidupan mereka. Kita dapat mengawalinya dengan mulai menghubungi kawan-kawan yang belasan tahun tidak pernah bertegur sapa lagi dengan kita. Mari kita bertindak terlebih dulu untuk menjembatani kesunyian yang selama ini menghalangi komunikasi kita dengan mereka.

Jika di saat ini kita tengah dikelilingi para sahabat, ingatlah selalu hari ini saat suatu hari nanti ujian datang melanda hubungan persahabatan kita. Bersabarlah dan tetap menerima kelemahan sahabatnya serta berdoalah mendukung pemulihan para sahabat kita.

Jika saat ini kita yang dilanda kesendirian, mari kita mulai berinisiatif untuk bergerak terlebih dulu. Berhenti menunggu diperhatikan dan mulai aktif memberikan perhatian serta kasih tulus kita. Berhenti mengeluh dan mulai latih kepekaan kita untuk menemukan siapa orang yang dapat kita berkati dengan kasih persahabatan yang tulus.

"Habis Manis, Sepah Dibuang" biarlah tetap menjadi peribahasa yang mengingatkan kita untuk selalu menghargai para sahabat yang pernah hadir dalam hidup kita. Jika kita sudah tidak dapat mempertahankan persahabatan yang pernah ada, setidaknya jadikan memori persahabatan tersebut sebagai harta bagi jiwa kita.
Selamat menjalin persahabatan.

*Image courtesy of beritasejagat.com

Tuesday, February 18, 2014

Merealisasikan Ide Bisnis


Chocotalker punya ide-ide bisnis yang ingin direalisasikan? Kebetulan tadi gue nemu link artikel menarik seputar itu. Simak di link berikut ya:

7 Langkah Lengkap untuk Segera Merealisasikan Ide Hebat Anda

*Image courtesy of http://lucyinnovation.wordpress.com/

Sunday, February 16, 2014

About Time


Hello chocotalker,

Pernahkah chocotalker melakukan suatu tindakan yang akhirnya disesali? Mungkin karena kurang pertimbangan matang, atau bahkan tindakan itu diambil saat chocotalker lagi emosi. Waduh! Hasilnya? Tidak seperti yang chocotalker harapkan, bahkan mungkin sesuatu yang mengecewakan dan tak terduga, misalnya, putusnya sebuah hubungan. Huhu.. sedih banget pastinya, tapi mau bagaimana lagi, nasi udah jadi bubur.. dan kita tidak bisa memutar balik waktu.. tapii.. tunggu dulu! Benarkah kita tidak bisa memutar balik waktu? Bagaimana kalau ternyata kita bisa mundur ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan kita?

Tema inilah yang diusung film About Time, besutan Richard Curtis, yang juga menyutradarai film Love Actually. Yeap. It's a British movie. Film ber-genre romance comedy ini mengetengahkan tokoh utama Tim Lake (Gleeson) yang memiliki kemampuan untuk melakukan time travel. Jadi, ia bisa kembali ke peristiwa di masa lalu yang ingin diubah, semudah masuk ke dalam ruangan gelap, memejamkan mata, dan mengepalkan tangannya.

Semula, ia menggunakan kemampuan ini untuk meraih impiannya memiliki pasangan yang dicintai. Namun, seiring pengalamannya melakukan time travel, ia belajar beberapa hal. Misalnya, setiap tindakan yang diambil, memiliki sebuah konsekuensi. Suatu hari Tim pulang ke rumah pamannya, Desmond (Cordery), tempat ia menumpang. Tim melihat Desmond sangat kecewa karena pertunjukan teater yang ia pimpin gagal. Tim yang ingin menolong pamannya, kembali ke waktu sebelum pertunjukkan dimulai dan membantu seorang pemain drama supaya ia tidak lupa dialog yang harus diucapkan, yang mengakibatkan pertunjukan kacau. Pertunjukan pamannya pun berhasil! Akan tetapi, ia ternyata kehilangan nomor telepon seorang wanita idaman yang baru saja dikenalnya, karena saat menyelamatkan pertunjukan pamannya, ia berada di gedung teater, dan tidak hadir di sebuah acara tempat ia berkenalan dengan wanita itu sebelumnya! Beberapa waktu kemudian, saat ia berusaha menemui wanita itu, wanita itu telah berada dalam pelukan pria lain! Ia pun harus kembali melakukan time travel untuk 'membenahi' peristiwa itu.

Film ini mengingatkan gue pada film The Butterfly Effect (2004) yang bertema senada, tetapi dikemas dalam alur cerita yang jauh lebih serius. Ketika tokoh utama The Butterfly Effect berusaha menyelamatkan hidup seorang tokoh lain dengan merubah masa lalunya, ternyata di kemudian hari, ia justru harus mengorbankan nyawa orang lain lagi sebagai konsekuensinya.

Kehidupan kita mungkin tidak segawat itu. Namun, ada beberapa pilihan sulit yang harus kita putuskan dalam hidup kita, dan sekali menjatuhkan pilihan, kita harus konsekuen. Apakah itu meninggalkan seseorang atau menjatuhkan pilihan karir, kita harus siap dengan konsekuensinya. Bagaimana kalau di kemudian hari kita menyesal? Nah, sedikit refleksi yang gue dapat dari film ini, setiap kesalahan kita di masa lalu pun pasti ada hikmahnya. Sekalipun kita bisa kembali ke masa lalu dan memperbaikinya, belum tentu hasilnya akan seperti yang kita harapkan.

Kenyataannya, kita tidak bisa memutar balik waktu. Jadi yuk, kita coba perbaiki saja apa yang masih bisa diperbaiki saat ini, dan jangan berlarut menyesali masa lalu, ya.

Tidak seperti Love Actually yang lebih engaging mengetengahkan 4 kisah yang saling berhubungan, alur film ini linear kronologis, dan IMO agak dragging di bagian akhir. Soalnya, klimaks sudah dicapai sebelum film ini tamat. Buat chocotalker yang suka romance comedy dengan tema yang sedikit berbeda dari romance comedy kebanyakan, bolehlah film ini ditonton. Selain menghibur, film ini juga meninggalkan pesan tentang how we should embrace the present moment. Menikmati dan mensyukuri apa yang bisa kita syukuri saat ini. Soalnya, momen indah yang kita nikmati saat ini, belum tentu bisa terulang lagi, kan :)

Director: Richard Curtis
Cast: Domhnall Gleeson, Rachel McAdams, Bill Nighy, Lydia Wilson, Lindsay Duncan, Richard Cordery, Joshua McGuire, Tom Hollander
Genre: Romance Comedy
Duration: 123 Minutes
Release Date: September 4, 2013

Rating:
IMDB: 7,9/10
Rotten Tomatoes: 6,3/10
Gue: 7/10

*Image courtesy of http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page

Monday, February 3, 2014

Simple Note Before Valentine's Day : Love is....



Let me share what I read in my FB news feed, a friend just updated her status :

Love is..
Not how you listen, but how you understand
Not what you see, but how you feel.
Not how you to forget, but how you to forgive.

Okay, at first glance I was stunned to read the mesmerizing sentences about love, but after the deep contemplation I realize those sentences were fine-blend in harsh reality.  

We need to communicate our love in the simple language so our partner will not only listen to our feeling but understand how strong the love bonds us to them that make us willing to accept every weakness as a common usual thing. We need love not to listen to what our partner talks about, but to understand the meaning beneath the speech.

Love is not the thing that rose when you see your gorgeous partner. No, we may call that kind of thing as lust. Love is the feeling that burns your heart and desire steadily towards your partner even though your partner may be in the worst physical appearance. Love is the feeling that makes you accept your partner in any kind of conditions. Love is loyal and patient. Love is humble and not arrogant. Love is not selfish. Love is kind and gentle. Love is unconditional acceptance. Love is care and protection.

People may hurt you in the past with unforgettable pain, but love is the only thing that makes you forgive their fault. Only love that makes a man stays loyal to his wife. Only love that makes the abandoned wife accepts her strayed husband back. Only love that makes The Father welcomes the prodigal child return to their home. Only love that makes Jesus Christ exchanged our sins with His Life on the cross. Only love and there is no other thing.

Yes, love is beyond all things, love is the very foundation of everything; moreover, love brings unity among humankind. Love is the simplest language of human. Do not declare your love only on Valentine’s Day, but let us cherish our love towards one another in everyday. It is good to tell people that you love them, but it is better to show them how much you love them in your daily activities.

Happy loving day, everyone!